- Biowash Inovasi olah sampah Organik Jadi Pupuk di Banyuasin
- Mandadak Bupati Banyuasin Menjadi Guru
- Pemkab Banyuasin Bersama Forkopimda Dialog Dengan FKUB
- Sekda Bersama Dandim 0430 Banyuasin Tamam Cabai Bersama
- SATU University Jadi Kampus Pelopor Inovasi Pendidikan Berbasis AI Bagi Pelajar
- Wujudkan Perempuan Sehat, PKK Muba Dukung Skrining Kanker Serviks Berbasis AI di RSUD Sekayu
- Peringatan Maulid Nabi dan Pelantikan Pengurus NU di Pangkalan Tungkal: Wabup Muba Ingatkan Peran St
- Wabup Muba Hadiri Maulid Nabi dan Haflah Ponpes Riyadhul Iman di Lawang Wetan
- Bupati H.M. Toha Tohet Apresiasi Semangat Dewan Pendidikan Muba untuk Cerdaskan Generasi Bangsa
- Operasi Pasar Murah Sambut HUT Muba ke-69, Harga Sembako Lebih Terjangkau
Nyanyikan Anti Putin, Personel Pussy Riot Dibui

Pussy Riot
Rusia - Pengadilan Rusia memvonis penjara dua tahun personel band Pussy Riot karena menyanyikan lagu anti Presiden Vladimir Putin.
Pengadilan menetapkan tiga anggota band itu bersalah melakukan 'hooliganisme' dengan motivasi agama.
Hakim Marina Syrova mengatakan para anggota band "secara berhati-hati merencanakan" nyanyian mereka tanggal 21 Februari lalu di dalam katedral di Moskow. "Tolokonnikova, Alyokhina dan Samutsevich melakukan "hooliganisme" -- dengan kata lain pelanggaran berat ketertiban umum," kata Syrova.
"Pengadilan menyatakan mereka bersalah. Pengadilan meraih putusan berdasarkan kesaksian terdakwa sendiri dan bukti lain," tambahnya.
Jaksa menuntut hukuman tiga tahun penjara atas tiga anggota band itu.
Para pendukung band itu melakukan protes di sejumlah tempat di Moskow. Keamanan ketat pun diterapkan dan sejumlah jalan ditutup.
Pussy Riot mengecam kasus tersebut yang mereka katakan diorganisir Putin.
Buat Marah Gereja
Sejumah selebriti termasuk bintang pop Amerika, Madonna, menyerukan agar mereka dibebaskan.
Ketiga anggota band itu mengatakan "doa punk" mereka adalah tindak politik untuk memprotes gereja ortodoks Rusia yang mendukung Presiden Putin.
Dalam penampilan seronok mereka di dekat altar mereka meminta Bunda Maria untuk "menggeser Putin".
Nyanyian mereka membuat marah gereja Ortodoks dan ketua gereka Kirill menyebutkan penampilan itu sama saja dengan penghujatan agama. Namun sejumlah warga Rusia menganggap kasus itu sebagai upaya pemerintah membungkam kritikan.
